BIOLOGI FISIKA
PENYAKIT GENETIK PADA MANUSIA
Di susun oleh :
Kelompok : 1
Nama : Elgha
Lestari
Ferawati
Mandasari
Uccy Nopitriana Sari
Septisa Nurmia A
Yufarlin
Tingkat : I. B
Dosen Pengampuh : Faiza
Yuniati, S.Pd, M.KM
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKHNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN KEPERAWATAN
2011/2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan
kepada Allah SWT, karena atas rahmat, hidayah, serta inayahNya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas Biofis ini “
PENYAKIT GENETIK PADA MANUSIA” tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Kami menyadari bahwa dalam
pembuatan tugas ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, untuk itu kami
selaku penulis memohon saran dan kritiknya yang bersifat membangun demi perbaikan
bagi tugas kami selanjutnya.
Harapan kami semoga apa yang
telah kami tuliskan dalam tugas ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Palembang, 27
Desember 2011
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………….ii
Daftar Isi……………………………………………………………………..iii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang……………………………………………
1.2 Tujuan……………….……………………………………
1.3 Rumusan Masalah ………………………………….…......
BAB II :
PEMBAHASAN
2.1 Isi
………………………………………………………...
BAB III :
PENUTUP
3.1
Kesimpulan……………………………………………….
3.2
Saran……………………………………………………...
Daftar
pustaka
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Penyakit penyakit genetik pada
dasarnya adalah suatu penyakit yang jarang ditemukan. Penyakit ini biasanya
ditimbulkan karena suatu keturunan dimana kelainaanya dikarenakan pada suatu
gen resesif suatu kromosom. Pada dasarnya kebanyakan kasus seperti ini sulit
dikenali dari dini pasalnya tumbuh kembang penyakit berlangsung pada waktu yang
sangat lama namun pasti. Kelainan ini biasanya ditimbulkan karena kerusakan DNA
dimana sifatnya sulit untuk disembuhkan atau di obati.
Berkembangnya berbagai jenis
penyakit dan kelainan yang ditimbulkan oleh genetik manusia memang sangat sulit
diobati apalagi penyakit itu diturunkan sendiri oleh orang yang mengalami suatu
jenis penyakit tertentu. Kita sering memikirkan tentang penyakit penyakit yang
disebarkan oleh genetic itu sendiri, sebagai penyakit langka atau kurang
berarti. Memang benar penyakit yang
diwariskan itu jarang terjadi, namun bila semua penyakit yang disebarkan secara genetic dipertimbangkan
secara bersama, mereka rupanya tidak begitu langka. Frekuensi terjadinya
penyakit penyakit genetic pada manusia adalah tidak tepat untuk beberapa sebab,
termasuk diagnosis yang jelek, distribusi yang tidak biasa dari tipe tipe
populasi, dan kasus kasus yang tidak dilaporkan.
Insiden suatu penyakit mungkin
sukar ditentukan bila penyakit tidak dikenali secara fisik pada kelahiran dan
bila terdapat uji untuk menetapkan perkembangannya yang akan datang.
1.2
Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari
Penyakit Genetika pada Manusia ?
b. Macam-macam Penyakit
Genetika pada manusia ?
c. Apa saja penyebab
terjadinya Penyakit Genetik pada Manusia ?
d. Bagaimana pencegahan dan
cara penanggulangan Penyakit Genetik pada Manusia ?
1.3
Tujuan
Pembaca
dapat mengetahui pengertian Penyakit genetik pada Manusia, dapat mengetahui
berbagai macam Penyakit Genetik pada Manusia, dapat mengetahui apa saja
penyebab terjadinya Penyakit Genetik pada Manusia, bagaimana cara pencegahan dan penanggulangannya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Penyakit genetik pada manusia
adalah penyakit genetik atau kelainan jenis penyakit kelainan genetik genetik
adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh kelainan oleh satu atau lebih gen
yang menyebabkan sebuah kondisi fenotipe klinis.
2.2 Macam
macam Penyakit
1. Albino
2.
hemophilia
3.
anemia sel sabit
4.
Buta warna
5.
Sindrom down
6. Sindrom
Klinefertel
7. Sindrom Turner
8. Diabetes Melitus
9. Alergi
10.
Thalasemia
11.
Asma
12.
Distoferi otot
13.
sindrom ovary polisistik (PCOS)
2.3 Etiologi
1. Albino
Diakibatkan mutasi pada gen yang mengatur warna kulit. Akibat mutasi
gentersebut,terjadi pengurangan pigmen melanin yang memberikan warna
pada kulit,rambut,danmata.Kulit albino menjadi berwarna putih atau merah
jambu,rambut menjadi putih,dan warnamata menjadi merah jambu. Albino juga terjadi pada hewan dan tumbuhan.
2. Hemofilia
Hemofilia adalah kelainan perdarahan yang diturunkan yang
disebabkankekurangan faktor pembekuan. Gambar disamping menunjukan luka memar pada lengan seorang penderita
hemofilia.
Penyebab
:
Hemofilia
A adalah gangguan resesif terkait-X genetik melibatkan kurangnya Faktor VIII pembekuan fungsional
dan mewakili 80% kasus hemofilia.
Hemofilia
B adalah gangguan resesif terkait-X genetik melibatkan kurangnya pembekuan IX
Faktor fungsional. Ini terdiri dari sekitar 20% kasus hemofilia.
Hemofilia C adalah gangguan genetik
autosom (yakni''tidak''X-linked) melibatkan kurangnya Faktor pembekuan
fungsional XI. Hemofilia C tidak sepenuhnya resesif: individu heterozigot juga
menunjukkan perdarahan meningkat
Karakteristik
gejala bervariasi dengan keparahan. Gejala umum episode perdarahan internal
atau eksternal, yang disebut "berdarah". Pasien dengan hemofilia
berat lebih menderita pendarahan lebih parah dan lebih sering, sementara pasien
dengan hemofilia ringan biasanya menderita gejala yang lebih ringan, kecuali
setelah operasi atau trauma serius. Sedang penderita hemofilia memiliki gejala
variabel yang memanifestasikan sepanjang spektrum antara bentuk berat dan
ringan.
Perdarahan
berkepanjangan dan re-pendarahan gejala diagnostik hemofilia. Pendarahan
internal adalah umum pada orang dengan hemofilia berat dan beberapa individu
dengan hemofilia moderat. Jenis yang paling karakteristik internal berdarah
berdarah patungan dimana darah masuk ke dalam ruang sendi.
·
Pendarahan internal yang mendalam, misalnya dalam-otot perdarahan, menyebabkan
pembengkakan, mati rasa atau nyeri anggota badan.
·
Bersama kerusakan, berpotensi dengan rasa sakit yang parah dan bahkan perusakan sendi dan
pengembangan artritis.
·
Transfusi ditularkan infeksi
dari transfusi darah yang diberikan sebagai pengobatan.
·
Reaksi negatif terhadap
pengobatan faktor pembekuan, termasuk pengembangan penghambat kekebalan yang
membuat pengganti faktor yang kurang efektif.
·
Perdarahan intrakranial, adalah
penyebab darurat medis yang serius oleh penumpukan tekanan di dalam tengkorak.
Hal ini dapat menyebabkan disorientasi, mual, kehilangan kesadaran, kerusakan
otak, dan kematian.
3. Anemia sel sabit
Anemia sel sabit disebut juga sebagai anemia sickle cell .Anemia sel sabit
terjadi pada sel darah merah,tempat keberadaan protein hemoglobin yang
berfungsi mengikat oksigen. Orang yang menderita anemia sel sabit memiliki
gejala berupa organ-organ tubuh yang tidak sehat karena kurangnya pasokan
oksigen.
4. Buta Warna
suatu kelainan
yang disebabkan ketidakmampuan sel-sel kerucut mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu akibat faktor genetis. Buta warna merupakan kelainan genetik /
bawaan yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya, kelainan ini sering juga
disebaut sex linked, karena
kelainan ini dibawa oleh kromosom X. Artinya kromosom
Y tidak membawa faktor buta warna. Hal
inilah yang membedakan antara penderita buta warna pada laki dan wanita.
Seorang wanita terdapat istilah 'pembawa sifat' hal ini menujukkan ada satu
kromosom X yang membawa sifat buta warna. Wanita dengan pembawa sifat, secara
fisik tidak mengalami kelalinan buta warna sebagaimana wanita normal pada
umumnya. Tetapi wanita dengan pembawa sifat berpotensi menurunkan faktor buta
warna kepada anaknya kelak. Apabila pada kedua kromosom X mengandung faktor
buta warna maka seorang wanita tsb menderita buta warna. Saraf sel di retina
terdiri atas sel batang yang peka terhadap hitam dan putih, serta sel kerucut
yang peka terhadap warna lainnya. Buta warna terjadi ketika syaraf reseptor
cahaya di retina mengalami perubahan, terutama sel kerucut.
Gejala
:
Tanda dan Gejala Buta
Warna Seseorang yang
mengalami Achromatopsia tidak dapat membedakan warna. Beberapa orang dengan
Achromatopsia hanya bisa melihat abu-abu. Seseorang dengan kondisi ini biasanya
memiliki jarak pandang yang pendek, sensitif pada cahaya, dan gerakan mata cepat.
Jenis lain
dari buta warna adalah Dyschromatopsia yang lebih umum terjadi. Individu dengan kondisi ini biasanya
memiliki penglihatan yang sangat baik. Penderita biasanya tidak dapat
membedakan antara warna merah dan hijau. Dalam kasus yang jarang terjadi, orang
tidak dapat membedakan antara nuansa biru dan kuning. Banyak orang dengan
kondisi tidak menyadari bahwa mereka buta warna.
5. Sindrom down
Sindrom Down merupakan penyakit keturunan yang disebabkan oleh mutasi
kromosom. Biasanya sel telur yang dihasilkan semasa meiosis memiliki 23
kromosom .Namun karena terjadi gangguan dalam pemisahan kromasom yang disebut
gagal berpisah atau nondisjunction.
Gejala
atau tanda tanda
Gejala yang
muncul akibat sindrom down dapat bervariasi mulai dari yang tidak tampak sama
sekali, tampak minimal sampai muncul tanda yang khas. Penderita dengan tanda
khas sangat mudah dikenali dengan adanya penampilan fisik yang menonjol berupa
bentuk kepala yang relatif kecil dari normal (microchephaly) dengan
bagian anteroposterior kepala mendatar. Pada bagian wajah biasanya tampak sela
hidung yang datar, mulut yang mengecil dan lidah yang menonjol keluar (macroglossia).
Seringkali mata menjadi sipit dengan sudut bagian tengah membentuk
lipatan (epicanthal folds). Tanda klinis pada bagian tubuh lainnya
berupa tangan yang pendek termasuk ruas jari-jarinya serta jarak antara jari
pertama dan kedua baik pada tangan maupun kaki melebar. Sementara itu lapisan kulit biasanya tampak
keriput (dermatoglyphics). Kelainan kromosom ini juga bisa menyebabkan
gangguan atau bahkan kerusakan pada sistim organ yang lain.
Pada bayi baru lahir kelainan dapat berupa congenital
heart disease. kelainan ini yang biasanya berakibat fatal karena bayi dapat
meninggal dengan cepat. Pada sistim pencernaan dapat ditemui kelainan berupa
sumbatan pada esofagus
(esophageal atresia) atau duodenum (duodenal atresia).
Apabila anak sudah mengalami sumbatan pada organ-organ
tersebut biasanya akan diikuti muntah-muntah. Pencegahan dapat dilakukan dengan
melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil
terutama pada bulan-bulan awal kehamilan. Terlebih lagi ibu hamil yang pernah
mempunyai anak dengan sindrom down atau mereka yang hamil di atas usia 40 tahun
harus dengan hati-hati memantau perkembangan janinnya karena mereka memiliki
risiko melahirkan anak dengan sindrom down lebih tinggi.
Pada otak penderita sindrom Down, ditemukan peningkatan rasio APP (bahasa
Inggris: amyloid precursor protein) seperti pada penderita Alzheimer.
Pemeriksaan diagnostic :
Untuk mendeteksi adanya kelainan pada kromosom, ada
beberapa pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan diagnosa ini, antara lain:
- Pemeriksaan fisik penderita
- Pemeriksaan kromosom
- Ultrasonografi (USG)
- Ekokardiogram (ECG)
- Pemeriksaan darah (Percutaneus Umbilical Blood Sampling)
Pencegahan :
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan
kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan
awal kehamilan. Terlebih lagi ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan
sindrom down atau mereka yang hamil di atas usia 40 tahun harus dengan
hati-hati memantau perkembangan janinnya karena mereka memiliki risiko
melahirkan anak dengan sindrom down lebih tinggi. Sindrom down tidak bisa
dicegah, karena DS merupakan kelainan yang disebabkan oleh kelainan jumlah
kromosom. Jumlsh kromosm 21 yang harusnya cuma 2 menjadi 3. Penyebabnya masih
tidak diketahui pasti, yang dapat disimpulkan sampai saat ini adalah makin tua
usia ibu makin tinggi risiko untuk terjadinya DS.Diagnosis dalam kandungan bisa
dilakukan, diagnosis pasti dengan analisis kromosom dengan cara pengambilan CVS
(mengambil sedikit bagian janin pada plasenta) pada kehamilan 10-12 minggu) atau amniosentesis
(pengambilan air ketuban) pada kehamilan 14-16 minggu.
6. Sindrom Klinefertel
Sindrom
Klinefelter adalah kelainan
genetik pada laki-laki yang diakibatkan oleh kelebihan kromosom X. Laki-laki
normal memiliki kromosom seks berupa XY,
namun penderita sindrom klinefelter umumnya memiliki kromosom seks XXY.
Penderita sindrom klinefelter akan mengalami infertilitas, keterbelakangan mental, dan gangguan
perkembangan ciri-ciri fisik yang diantaranya berupa ginekomastia (perbesaran kelenjar susu dan berefek
pada perbesaran payudara)
Penyebab :
Kelebihan kromosom X pada laki-laki terjadi karena
terjadinya nondisjungsi meiosis (meiotic
nondisjunction) kromosom seks selama terjadi gametogenesis
(pembentukan gamet)
pada salah satu orang tua.[3]
Nondisjungsi meiosis
adalah kegagalan sepasang kromosom seks untuk memisah (disjungsi) selama proses meiosis
terjadi. Akibatnya, sepasang kromosom tersebut akan diturunkan kepada sel
anaknya,sehingga terjadi kelebihan kromosom seks pada anak. Sebesar 40%
nondisjungsi meiosis terjadi pada ayah, dan 60% kemungkinan terjadi pada ibu.
Sebagian besar penderita sindrom klinefelter memiliki kromosom XXY, namun ada
pula yang memiliki kromosom XXXY, XXXXY, XXYY, dan XXXYY.
Pencegahan :
Gejala klinefelter pada janin jarang sekali
terdeteksi, kecuali bila menggunakan deteksi sebelum-kelahiran (prenatal detection).[7]
Sindrom ini kadang-kadang dapat diturunkan dari ayah penderita klinefelter ke
anaknya, oleh karena itu perlu dilakukan deteksi sebelum-kelahiran. Sebagian
kecil penderita klinefelter dapat tetap fertil dan memiliki
keturunan karena adanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar