BAB 1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Angka
Kematian Maternal (AKM) dan Angka Kematian Perinatal (AKP) merupakan parameter
keberhasilan dalam pelayanan obstetric. Menurut SKRI tahun 2002 AKM 208/100.000
kelahiran. Disamping perdarahan dan infeksi, preeklampsia, serta eklampsia
merupakan penyebab kematian maternal dan kematian perinatal yang tinggi
terutama di negara berkembang (Manuaba, 1998).
Preeklampsia
adalah suatu kondisi yang spesifik pada kehamilan, terjadi setelah minggu ke20
gestasi, ditandai dengan hipertensi dan proteinuria. Edema juga dapat terjadi
(WHO, 2001).
Preeklampsia
ialah suatu kondisi yang hanya terjadi pada kehamilan manusia. Tidak ada profil
tertentu yang mengidentifikasi wanita yang akan menderita preeklampsia. Akan
tetapi, ada beberapa faktor risiko tertentu yang berkaitan dengan perkembangan
penyakit, primigravida, grandemultigravida, janin besar, kehamilan dengan janin
lebih dari satu dan obesitas.
Di RSU Dr.
Soetomo Surabaya didapatkan kasus ibu hamil dengan preeklampsi sebanyak 65
kasus pada tahun 2005 yang terbagi dalam preeklampsi ringan dengan hipertensi,
odema dan proteinuriserro tidak diketahui tidak diketahui atau tidak
diperhatikan oleh wanita yang bersangkutan. Tanpa disadari, dalam waktu singkat
dapat timbul preeklamsi berat, bahkan eklampsia.
Berdasarkan
latar belakang dan faktor risiko di atas, masalah dalam penelitian ini adalah
tingginya angka kejadian preeklamsia, Maka penulis merasa perlu untuk
mengetahui karakteristik ibu hamil dengan preeklamsi. Oleh karena itu, penulis
tertarik untuk mengambil judul “studi karakteristik ibu hamil dengan
preeklamsia.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep
Dasar Karakteristik Ibu Hamil
Karakteristik
adalah ciri-ciri dari individu yang terdiri dari demografi seperti jenis jenis
kelamin, umur serta status sosial seperti, tengkat pendidikan, pekerjaan, ras,
status ekonomi dan sebagainya. (Widianingrum , 1999). Menurut Efendi, demografi
berkaitan dengan stuktur penduduk, umur, jenis kelamon dan status ekonomi
sedangkan data kulturalmengangkat tingkat pendidikan, pekerjaan, agama, adat
istiadat, penghasilan dan sebagainya.
2.1.1. Usia
Usia adalah
umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun.
(Hurlock , 1995)
2.1.2. Paritas
Banyaknya
anak yang dimiliki ibu dimulai dari anak yang pertama sampai anak yang
terakhir. (Henderson , 2005). Kondisi rahim dipengaruhi juga oleh jumlah anak
yang dilahirkan. (Cristina , 1996)
2.1.3. Pendidikan
Proses
pengembangan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran pelatihan.
2.1.4. Berat Badan
Ukuran berat
individu dalam satuan kilogaram.
2.2. Konsep
Dasar Preeklamsia
2.2.1.
Batasan Preeklampsia
Preeklampsia
merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi setelah
minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal.
Preeklampsi
ialah penyakiy dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul
karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan.
Tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada mola hidatidosa.
2.2.2. Etiologi Preeklampsia
Sampai saat
ini, etiologi pasti dari Peeeklampsia atau eklampsi belum diketahui. Ada
beberapa teori mencoba menjelaskan perkiraan etiologi dari kelainan tersebut
diatas, sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the disease of theory.
Adapun teori-teori tersebut antara lain :
2.2.2.1. Peran protasiklin dan tromboksan
Pada
preeklampsia dan eklampsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga
terjadi penurunan prostasiklin (PGI2) yang pada kehamilan normal meningkat,
aktivasi penggumpalan dan fibrinolisis, yang kemudian akan diganti dengan
trombin dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi antitrombin III sehingga terjadi
deposit fibrin. Aktivasi trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan (TxA2) dan
serotonin, sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.
2.2.2.2.
Peran faktor Imunologis
Preeklampsia
sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi pada kehamilan
berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama pembentuka
blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna, yang semakin
sempurna pada kehamilan berikutnya.
2.2.2.3.
Peran faktor Genetik/famili
Beberapa
bukti menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian preeklampsia dan eklampsia
antara lain :
a. preeklampsia hanya terjadi
pada manusia.
b. terdapatnya kecenderungan
meningkatnya frekuensi preeklampsi dan eklampsi pada anak-anak dari ibu yang
menderita preeklampsi dan eklampsi.
c. kecenderungan meningkatnya
meningkatnya frekuensi preeklampsi dan eklampsi pada anak dan cucu ibu hamil
dengan riwayat preeklampsi dan eklampsi.
d. peran Renin Angiostensin
Aldosteron System (RAAS)
2.2.3.
Patologi Preeklampsia
Preeklampsia
ringan jarang sekali menyababkan kematian ibu. Oleh karena itu, sebagian besar
pemeriksaan anatomi-patologi berasal dari penderita eklampsia yang meninggal.
Pada penyelidikan akhir-akhir ini dengan biopsi hati dan ginjal ternyata bahwa
perubahan anatomi-patologi pada alat-alat itu pada penderita preeklampsia tidak
banyak berbeda daripada yang ditemukan pada eklampsia. Perlu dikemukakan
disisni bahwa tidak ada perubahan histopatologik yang khas pada preeklampsia
dan eklampsia. Perdarahan, infark, nekrosis dan trombosis pembuluh darah kecil pada
penyakit ini dapat ditemukan dalam berbagai alat tubuh. Perubahan tersebut
mungkin sekali disebabkan oleh vasospasmus arteriola. Penimbunan fibrin dalam
pembuluh darah merupakan faktor penting juga dalam patogenesis
kelainan-kelainan tersebut.
2.2.4. Gambaran
Klinik Preeklampsia
2.2.4.1.
Hipertensi
Gejala yang
terlebih dahulu timbul ialah hipertensi yang terjadi secara tiba-tiba, sebagai
batas diambil tekanan darah sistolik 140 mmHg dan diastolik 90 mmHg, tapi juga
kenaikan sistolik 30 mmHg atau diastolik 15 mmHg diatas tekanan yang biasa
merupakan petanda.
Tekanan darah sistolik dapat mencapai 180 mmHg dan diastolik 11o mmHg, tetapi jarang mencapai 200 mmHg. Jika tekanan drah melebihi 200 mmHg maka sebabnya biasanya hipertensi asensial.
Tekanan darah sistolik dapat mencapai 180 mmHg dan diastolik 11o mmHg, tetapi jarang mencapai 200 mmHg. Jika tekanan drah melebihi 200 mmHg maka sebabnya biasanya hipertensi asensial.
2.2.4.2.
Oedem
Timbulnya
oedem didahului oleh pertambahan berat badan yang berlebihan. Pertambahan berat
0,5 kg pada seseorang yang hamil dianggap normal, tetapi jika mencapai 1kg per
minggu atau 3 kg dalam satu bulan , preeklampsi harus dicurigai. Oedem ini tidak
hilang dengan istirahat.
2.2.4.3. Proteinuria
Proteinuria
didefinisikan sebagai konsentrasi protein sebesar 0.19/L (> positif 2 dengan
cara dipstik) atau lebih dalam sekurang-kurangnya dua kali spesimen urin yang
dikumpulkan sekurang-kurangnya dengan jarak 6 jam. Pada spesimen urin 24 jam.
Proteinuria didefinisikan sebagai suatu konsentrasi protein 0,3 per 24 jam.
2.2.4.4.
Gejala-gejala subyektif
a. sakit kepala yang keras
karena vasospasmus atau oedem otak.
b. nyeri ulu hati karena
regangan selaput hati oleh haemorhagia atau oedem atau sakit karena perubahan
pada lambung.
c. gangguan penglihatan,
penglihatan menjadi kabur. Gangguan ini disebabkan karena vasospasme, oedem
atau ablasioretina.
2.2.5. Klasifikasi Preeklampsia
2.2.5.1. Preeklampsia ringan.
a. tekanan darah sistolik 140
mmHg atau kanaikan 30 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam.
b. tekanan darah diastolik 90 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam.
b. tekanan darah diastolik 90 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam.
c. kenaikan berat badan 1 kg
atau lebih dalam satu minggu.
d. proteinuria 0,3 gr atau lebih
dengan tingkay kualifikasi positif 1 sampai positif 2 pada urin kateter atau
urin aliran tengah.
2.2.5.2.
Preeklampsia berat
Bila salah
satu diantara gejala atau tanda diketemukan pada ibu hanil sudah dapat
digolongkan preeklampsia berat :
a. tekanan
darah 160/110 mmHg.
b. oliguria,
urin kurang dari 400cc/24jam.
c.
proteinuria lebih dari 0.3 gr/liter.
d. keluhan
subyektif ; nyeri epigastrium, gangguan penglihatan, nyeri kepala, oedem paru
dan sianosis, serta gangguan kesadaran.
e.
Pemeriksaan ; kadar enzim hati meningkat disertai ikterus, perdarahan pada
retina dan trombosit kurang dari 100.000/mm
Peningkatan
gejala dan tanda preeklampsia berat memberikan petunjuk akan terjadi eklampsia.
Preeklamsia pada tingkat kejang disebut eklampsia.
2.2.6. Diagnosis Preeklampsia
Diagnosis
dini harus diutamakan bila diinginkan angka morbiditas dan mortalitas rendah
bagi ibu dan bayinya. Walaupun terjadinya preeklampsia sulit dicegah, namun
preeklampsia dan eklampsia umumnya dapat dihindari dengan mengenal secara dini
penyakit itu dengan penanganan sedini mungkin.
Pada umumnya
diagnosis preeklampsia didasarkan atas adanya dua dari trias tanda utama yaitu
; hipertensi, oedem dan proteinuria. Hal ini memang berguna untuk kepentingan
statistik, tetapi dapat merugikan penderita karena tiap tanda dapat merupakan
petanda meskipun ditemukan tersendiri. Adanya satu tanda harus menimbulkan
kewaspadaan karena perkembangan penyakit tidak dapat diramalakan dan bila
eklampsi terjadi, maka prognosis bagi ibu maupun janin jauh lebih buruk. Tiap
kasus preeklampsi harus ditangani dengan sungguh-sungguh.
Diagnosis
diferensial antara preeklampsi dengan hipertensi menahun atau penyakit ginjal
tidak jarang menimbulkan kesulitan. Pada hipertensi menahun adanya tekanan
darah yang meninggi sebelum hamil, pada kehamilan muda atau 6 bulan postpartum
akan sangat berguna untuk membuat diagnosis. Pemeriksaan fundoskopi juga
berguna karena perdarahan dan eksudat jarang ditemukan pada preeklampsia,
kelainan tersebut biasanya menunjukkan hipertensi menahun. Untuk diagnosis
penyakit ginjal saat timbulnya proteinuria banyak menolong, proteinuria pada
preeklampsi jarang timbul sebelum triwulan ke-3, sedangkan pada penyakit ginjal
timbul lebih dahulu. Test fungsi ginjal juga banyak berguna, pada umumnya
fungsi ginjal normal pada preeklampsia ringan.
2.2.7.
Penanganan Preeklampsia
2.2.7.1. Preeklampsia ringan
a. jika
kehamilan < 37 minggu dan tidak ada tanda-tanda perbaikan, lakukan penilaian
2 kali seminggu secara rawat jalan :
§ pantau tekanan darah, proteinuria, reflek patela dan kondisi janin
§ lebih
banyak istirahat
§ diat biasa
§ tidak perlu
diberi obat-obatan
§ jika
dirawat jalan tidak mungkin, rawat di rumah sakit :
- diet biasa
- pantau
tekanan darah 2 kalisehari, proteinuria 1 kali sehari
- tidak perlu
obat-obatan
- tidak perlu
diuretik, kecuali terdapat oedem paru atau gagal ginjal akut
- jika
tekanan distolik turun sampai normal pasien dapat dipulangkan, nasehatkan untuk
istirahat dan perhatikan tanda-tanda preeklampsi berat, kontrol 2 kali
seminggu, jika tekanan darah diastolik naik lagi, rawat kembali.
- Jika tidak
ada tanda-tanda perbaikan, tetap dirawat.
- Jika
terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi
kehamilan.
- Jika proteinuria meningkat, tangani sebagai preeklampsia berat.
- Jika proteinuria meningkat, tangani sebagai preeklampsia berat.
b. jika kehamilan > 37 minggu, pertimbangkan terminasi
- jika
serviks matang lakukan induksi dengan oksitosin 5 IU dalam 500ml dekstrose IV
10 tetes/menit atau dengan prostaglandin.
- Jika serniks belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol atau kateter foley atau terminasi dengan seksio sesarea.
2.2.7.2. Preeklampsia berat dan eklampsia
Penanganan
preeklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa persalina harus
berlangsung dalam 12 jam setelah timbulnya kejang pada preeklampsia.
a. penanganan
kejang
- berikan
obat anti konvulsan
-
perlengkapan untuk penanganan kejang ( jalan nafas, sedotan, masker oksigen,
dan oksigen )
- lindungi
pasien dari kemungkinan trauma
- aspirasi
mulut dan kerongkongan
- baringkan
pasien pada sisi kiri, posisi tredelenburg untuk mengurangi aspirasi.
- Beri
oksigen 4-6 liter per menit
b. penangan
umum
- jika
tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi sampai tekanan distolik
diantara 90-100 mmHg
- pasang
infus ringer laktat dengan jarum besar (16 gauge >1)
- ukur
keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload
-
kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan protein
- jika jumlah
urin < 30 ml per jam ; infus cairan dipertahankan 1 1/8 jam, pantau
kemungkinan oedem paru
- jangan
tinggalkan pasien sendirian, kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan
kamatian ibu dan janin
- observasi
tanda-tanda vital, refleks patela dan denyut jantung janin setiap jam.
- Auskultasi
paru untuk mencari tanda-tanda oedem paru. Jika ada oedem paru stop
pemberian cairan
dan berikan diuretik, misalnya furosemide 40 mg IV
- Nilai
pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside, jika pembekuan tidak terjadi
sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulopati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar