BAHASA
INDONESIA
SAMPAH
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK : 9
NAMA :
ELGHA LESTARI
FEBRI MEDIAN
KOMANG RANI WATI
NOVITA SARI
SINTIA RAMADONA
TINGKAT : IB
DOSEN
PEMBIMBING :
KEMENTRIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN
PALEMBANG
JURUSAN KEPERAWATAN
2011/201
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Semoga makalah dengan judul SAMPAH ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan
kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah
ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat
kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini.
Palembang
, 25 Desember 2011
Penyusun
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
Sampah
Menurut
WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi
atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi
dengan sendirinya (Chandra, 2007). Banyak sampah organik masih mungkin
digunakan kembali/ pendaurulangan (re-using), walaupun akhirnya akan tetap
merupakan bahan/ material yang tidak dapat digunakan kembali (Dainur, 1995).
Sampah
dalam ilmu kesehatan lingkungan sebenarnya hanya sebagian dari benda atau
hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau
harus dibuang, sedemikian rupa sehingga tidak sampai mengganggu kelangsungan
hidup. Dari segi ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sampah ialah
sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, disenangi atau sesuatu yang harus
dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia
(termasuk kegiatan industri), tetapi yang bukan biologis (karena human waste
tidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat (karena air bekas
tidak termasuk didalamnya).
2.2 Jenis
dan Karakteristik Sampah
A.
Jenis Sampah
Pada
prinsipnya sampah dibagi menjadi sampah padat, sampah cair dan sampah dalam
bentuk gas (fume, smoke). Sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa jenis
yaitu :
1. Berdasarkan zat
kimia yang terkandung didalamnya
a. Sampah anorganik misalnya :
logam-logam, pecahan gelas, dan plastik
b. Sampah Organik misalnya : sisa makanan,
sisa pembungkus dan sebagainya
2. Berdasarkan dapat tidaknya dibakar
a. Mudah terbakar misalnya : kertas,
plastik, kain, kayu
b. Tidak mudah terbakar misalnya : kaleng,
besi, gelas
3. Berdasarkan dapat tidaknya membusuk
a. Mudah membusuk misalnya : sisa makanan,
potongan daging
b. Sukar membusuk misalnya : plastik, kaleng, kaca
(Dainur, 1995)
B.
Karakteristik
Sampah
1. Garbage yaitu jenis sampah yang terdiri dari
sisa-sisa potongan hewan atau sayuran dari hasil pengolahan yang sebagian besar
terdiri dari zat-zat yang mudah membusuk, lembab, dan mengandung sejumlah air
bebas.
2. Rubbish terdiri dari sampah yang dapat terbakar
atau yang tidak dapat terbakar yang berasal dari rumah-rumah, pusat-pusat
perdagangan, kantor-kantor, tapi yang tidak termasuk garbage.
3. Ashes (Abu) yaitu sisa-sisa pembakaran dari
zat-zat yang mudah terbakar baik dirumah, dikantor, industri.
4. “Street Sweeping” (Sampah Jalanan) berasal
dari pembersihan jalan dan trotoar baik dengan tenaga manusia maupun dengan
tenaga mesin yang terdiri dari kertas-kertas, daun-daunan.
5. “Dead Animal” (Bangkai Binatang) yaitu
bangkai-bangkai yang mati karena alam, penyakit atau kecelakaan.
6. Houshold Refuse yaitu sampah yang terdiri
dari rubbish, garbage, ashes, yang berasal dari perumahan.
7. Abandonded Vehicles (Bangkai Kendaraan)
yaitu bangkai- bangkai mobil, truk, kereta api.
8. Sampah Industri terdiri dari sampah padat yang
berasal dari industri-industri, pengolahan hasil bumi.
9. Demolition Wastes yaitu sampah yang berasal
dari pembongkaran gedung.
10. Construction Wastes yaitu sampah yang
berasal dari sisa pembangunan, perbaikan dan pembaharuan gedung-gedung.
11. Sewage Solid terdiri dari benda-benda kasar
yang umumnya zat organik hasil saringan pada pintu masuk suatu pusat
pengelolahan air buangan.
12. Sampah khusus yaitu sampah yang memerlukan
penanganan khusus misalnya kaleng-kaleng cat, zat radiokatif. (Mukono, 2006)
2.3 Sumber-Sumber Sampah
Sampah yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal
dari beberapa sumber berikut :
1. Pemukiman penduduk
Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh
satu atau beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang
terdapat di desa atau di kota. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa
makanan dan bahan sisa proses pengolahan makanan atau sampah basah (garbage),
sampah kering (rubbsih), perabotan rumah tangga, abu atau sisa
tumbuhan kebun. (Dainur, 1995) .
2. Tempat umum dan tempat perdagangan
Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak
orang berkumpul dan melakukan kegiatan termasuk juga tempat perdagangan. Jenis
sampah yang dihasilkan dari tempat semacam itu dapat berupa sisa-sisa makanan (garbage),
sampah kering, abu, sisa bangunan, sampah khusus, dan terkadang sampah
berbahaya.
3. Sarana layanan masyarakat milik pemerintah
Sarana layanan masyarakat yang dimaksud disini, antara
lain, tempat hiburan dan umum, jalan umum, tempat parkir, tempat layanan
kesehatan (misalnya rumah sakit dan puskesmas), kompleks militer, gedung
pertemuan, pantai empat berlibur, dan sarana pemerintah lain. Tempat tersebut
biasanya menghasilkan sampah khusus dan sampah kering.
4. Industri berat dan ringan
Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan
minuman, industri kayu, industri kimia, industri logam dan tempat pengolahan
air kotor dan air minum,dan kegiatan industri lainnya, baik yang sifatnya
distributif atau memproses bahan mentah saja. Sampah yang dihasilkan dari
tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa bangunan, sampah
khusus dan sampah berbahaya.
5. Pertanian
Sampah dihasilkan dari tanaman dan binatang. Lokasi
pertanian seperti kebun, ladang ataupun sawah menghasilkan sampah berupa
bahan-bahan makanan yang telah membusuk, sampah pertanian, pupuk, maupun bahan
pembasmi serangga tanaman (Chandra, 2007).
2.4 Pengelolaan Sampah Padat
Ada beberapa tahapan di dalam pengelolaan sampah padat
yang baik, diantaranya :
1. Tahap
pengumpulan dan penyimpanan di tempat sumber
Sampah yang ada dilokasi sumber (kantor, rumah tangga,
hotel dan sebagainya) ditempatkan dalam tempat penyimpanan sementara, dalam hal
ini tempat sampah. Sampah basah dan sampah kering sebaiknya dikumpulkan dalam
tempat yang terpisah untuk memudahkan pemusnahannya. Adapun tempat penyimpanan
sementara (tempat sampah) yang digunakan harus memenuhi persyaratan berikut
berikut ini :
a. Konstruksi harus kuat dan tidak mudah
bocor
b. Memiliki tutup dan mudah dibuka tanpa
mengotori tangan
c. Ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh satu
orang.
Dari tempat penyimpanan ini, sampah dikumpulkan
kemudian dimasukkan ke dalam dipo (rumah sampah). Dipo ini berbentuk bak besar
yang digunakan untuk menampung sampah rumah tangga. Pengelolaanya dapat
diserahkan pada pihak pemerintah. Untuk membangun suatu dipo, ada bebarapa
persyaratan yang harus dipenuhi, diantaranya :
1. Dibangun di atas permukaan tanah dengan
ketinggian bangunan setinggi kendaraan pengangkut sampah.
2. Memiliki dua pintu, pintu masuk dan pintu untuk
mengambil sampah.
3. Memiliki lubang ventilasi yang tertutup
kawat halus untuk mencegah lalat dan binatang lain masuk ke dalam dipo.
4. Ada kran air untuk membersihkan
5. Tidak menjadi tempat tinggal atau
sarang lalat atau tikus.
6. Mudah dijangkau masyarakat
Pengumpulan sampah dapat dilakukan dengan dua metode :
a. Sistem duet : tempat sampah kering dan
tempat sampah basah
b. Sistem trio : tempat sampah basah,
sampah kering dan tidak mudah terbakar.
2. Tahap
pengangkutan
Dari dipo sampah diangkut ke tempat pembuangan akhir
atau pemusnahan sampah dengan mempergunakan truk pengangkut sampah yang
disediakan oleh Dinas Kebersihan Kota. (Chandra, 2007)
3. Tahap
pemusnahan
Di dalam tahap pemusnahan sampah ini, terdapat
beberapa metode yang dapat digunakan, antara lain :
a. Sanitary Landfill
Sanitary landfill adalah
sistem pemusnahan yang paling baik. Dalam metode ini, pemusnahan sampah
dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan cara menimbun sampah dengan tanah
yang dilakukan selapis demi selapis. Dengan demikian, sampah tidak berada di
ruang terbuka dan tentunya tidak menimbulkan bau atau menjadi sarang binatang
pengerat. Sanitary landfill yang baik harus memenuhi persyatatan yaitu
tersedia tempat yang luas, tersedia tanah untuk menimbunnya, tersedia alat-alat
besar. Semua jenis sampah diangkut dan dibuang ke suatu tempat yang jauh dari
lokasi pemukiman. Ada 3 metode yang dapat digunakan dalam menerapkan teknik sanitary landfill, yaitu :
1. Metode galian parit (trench method)
Sampah dibuang ke dalam galian parit yang memanjang.
Tanah bekas galian digunakan untuk menutup parit tersebut. Sampah yang ditimbun
dan tanah penutup dipadatkan dan diratakan kembali. Setelah satu parit terisi
penuh, dibuat parit baru di sebelah parit terdahulu.
2. Metode area
Sampah yang dibuang di atas tanah seperti pada tanah
rendah, rawa-rawa, atau pada lereng bukit kemudian ditutup dengan lapisan tanah
yang diperoleh dari tempat tersebut.
3. Metode ramp
Metode ramp merupakan teknik gabungan dari kedua
metode di atas. Prinsipnya adalah bahwa penaburan lapisan tanah dilakukan
setiap hari dengan tebal lapisan sekitar 15 cm di atas tumpukan sampah.
Setelah lokasi sanitary landfill yang terdahulu
stabil, lokasi tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sarana jalur hijau
(pertamanan), lapangan olahraga, tempat rekreasi, tempat parkir, dan sebagainya
(Kusnoputranto, 1986)
b. Incenaration
Incenaration atau
insinerasi merupakan suatu metode pemusnahan sampah dengan cara membakar sampah
secara besar-besaran dengn menggunakan fasilitas pabrik. Manfaat sistem ini,
antara lain :
1. Volume sampah dapat diperkecil sampai
sepertiganya.
2. Tidak memerlukan ruang yang luas.
3. Panas yang dihasilkan dapat dipakai
sebagai sumber uap.
4. Pengelolaan dapat dilakukan secara terpusat dengan
jadwal jam kerja yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
Adapun kerugian yang ditimbulkan akibat penerapan
metode ini : biaya besar, lokalisasi pembuangan pabrik sukar didapat karena
keberatan penduduk. Peralatan yang digunakan dalam insenarasi, antara lain :
1. Charging apparatus
Charging apparatus adalah
tempat penampungan sampah yang berasal dari kendaraan pengangkut sampah. Di
tempat ini sampah yang terkumpul ditumpuk dan diaduk.
2. Furnace
Furnace atau
tungku merupakan alat pembakar yang dilengkapi dengan jeruji besi yang berguna
untuk mengatur jumlah masuk sampah dan untuk memisahkan abu dengan sampah yang
belum terbakar. Dengan demikian tungku tidak terlalu penuh.
3. Combustion
Combustion atau
tungku pembakar kedua, memiliki nyala api yang lebih panas dan berfungsi untuk
membakar benda-benda yang tidak terbakar pada tungku pertama.
4. Chimmey atau stalk
Chimmey atau
stalk adalah cerobong asap untuk mengalirkan asap keluar dan mengalirkan
udara ke dalam
5. Miscellaneous features
Miscellaneous features adalah tempat penampungan sementara dari debu yang
terbentuk, yang kemudian diambil dan dibuang (Chandra, 2007).
c. Composting
Pemusnahan sampah dengan cara proses dekomposisi zat
organik oleh kuman-kuman pembusuk pada kondisi tertentu. Proses ini
menghasilkan bahan berupa kompos atau pupuk hijau (Dainur, 1995). Berikut
tahap-tahap di dalam pembuatan kompos:
1. Pemisahan benda-benda yang tidak
dipakai sebagai pupuk seperti gelas, kaleng, besi dan sebagainya.
2. Penghancuran sampah menjadi
partikel-partikel yang lebih kecil (minimal berukuran 5 cm)
3. Penyampuran sampah dengan memperhatikan
kadar karbon dan nitrogen yang paling baik (C:N=1:30)
4. Penempatan sampah dalam galian tanah
yang tidak begitu dalam. Sampah dibiarkan terbuka agar terjadi proses aerobik.
5. Pembolak-balikan sampah 4-5 kali selama 15-21 hari
agar pupuk dapat terbentuk dengan baik.
d. Hog Feeding
Pemberian sejenis garbage kepada hewan ternak
(misalnya: babi). Perlu diingat bahwa sampah basah harus diolah lebih dahulu
(dimasak atau direbus) untuk mencegah penularan penyakit cacing dan
trichinosis.
e. Discharge to sewers
Sampah dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam sistem
pembuangan air limbah. Metode ini dapat efektif asalkan sistem pembuangan air
limbah memang baik.
f. Dumping
Sampah dibuang atau diletakkan begitu saja di tanah
lapangan, jurang atau tempat sampah.
g. Dumping in water
Sampah dibuang ke dalam air sungai atau laut.
Akibatnya, terjadi pencemaran pada air dan pendangkalan yang dapat menimbulkan
bahaya banjir. (Mukono, 2006)
h. Individual Incenaration
Pembakaran sampah secara perorangan ini biasa dilakukan
oleh penduduk terutama di daerah pedesaaan.
i. Recycling
Pengolahan kembali bagian-bagian dari sampah yang
masih dapat dipakai atau di daur ulang. Contoh bagian sampah yang dapat di daur
ulang, antara lain plastik, kaleng, gelas, besi, dan sebagainya.
j. Reduction
Metode ini digunakan dengan cara menghancurkan sampah
(biasanya dari jenis garbage) sampai ke bentuk yang lebih kecil,
kemudian di olah untuk menghasilkan lemak.
k. Salvaging
Pemanfaatan sampah yang dipakai kembali misalnya
kertas bekas. Bahayanya adalah bahwa metode ini dapat menularkan penyakit
(Chandra, 2007).
2.5 Hubungan Pengelolaan Sampah terhadap Masyarakat dan
Lingkungan
Pengelolaan sampah di suatu daerah akan membawa
pengaruh bagi masyarakat maupun lingkungan daerah itu sendiri. Pengaruhnya
tentu saja ada yang positif dan ada juga yang negatif.
a.
Pengaruh Positif
Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh
yang positif terhadap masyarakat maupun lingkungannya, seperti berikut :
1. Sampah dapat dimanfaatkan untuk
menimbun lahan semacam rawa-rawa dan dataran rendah.
2. Sampah dapat dimanfaatkan sebagai
pupuk.
3. Sampah dapat diberikan untuk makanan
ternak setelah menjalani proses pengelolaan yang telah ditentukan lebih dahulu
untuk mencegah pengaruh buruk sampah tersebut terhadap ternak.
4. Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat
untuk berkembang biak serangga dan binatang pengerat.
5. Menurunkan insidensi kasus penyakit
menular yang erat hubungannya dengan sampah.
6. Keadaan estetika lingkungan yang bersih
menimbulkan kegairahan hidup masyarakat.
7. Keadaan lingkungan yang baik
mencerminkan kemajuaan budaya masyarakat.
8. Keadaan lingkungan yang baik akan menghemat
pengeluaran dana kesehatan suatu negara sehingga dana itu dapat digunakan untuk
keperluan lain (Chandra, 2007)
b.
Pengaruh Negatif
Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan
pengaruh negatif bagi kesehatan, lingkungan, maupun bagi kehidupan sosial
ekonomi dan budaya masyarakat, seperti berikut.
1. Pengaruh terhadap kesehatan
a. Pengelolaan sampah yang kurang baik
akan menjadikan sampah sebagai tempat perkembangbiakan vektor penyakit, seperti
lalat, tikus, serangga, jamur.
b. Penyakit demam berdarah meningkatkan
incidencenya disebabkan vektor Aedes Aegypty yang hidup berkembang biak di
lingkungan, pengelolaan sampahnya kurang baik (banyak kaleng, ban bekas dan
plastik dengan genangan air) (Dinas Kebersihan, 2009)
c. Penyakit sesak nafas dan penyakit mata disebabkan
bau sampah yang menyengat yang mengandung Amonia Hydrogen, Solfide dan
Metylmercaptan (Dinas Kebersihan, 2009).
d. Penyakit saluran pencernaan (diare,
kolera dan typus) disebabkan banyaknya lalat yang hidup berkembang biak di
sekitar lingkungan tempat penumpukan sampah (Dinas Kebersihan, 2009)
e. Insidensi penyakit kulit meningkat
karena penyebab penyakitnya hidup dan berkembang biak di tempat pembuangan dan
pengumpulan sampah yang kurang baik. Penularan penyakit ini dapat melalui
kontak langsung ataupun melalui udara.
f. Penyakit kecacingan
g. Terjadi kecelakaan akibat pembuangan
sampah secara sembarangan misalnya luka akibat benda tajam seperti kaca, besi,
dan sebagainya
h. Gangguan psikomatis, misalnya insomnia,
stress, dan lain-lain (Mukono, 1995)
2. Pengaruh terhadap lingkungan
a. Pengelolaan sampah yang kurang baik
menyebabkan estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata misalnya
banyaknya tebaran-tebaran sampah sehingga mengganggu kesegaran udara lingkungan
masyarakat (Dinas Kebersihan, 2009).
b. Pembuangan sampah ke dalam saluran
pembuangan air akan menyebabkan aliran air akan terganggu dan saluran air akan
menjadi dangkal .
c. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan
menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk.
d. Adanya asam organic dalam air serta
kemungkinan terjadinya banjir maka akan cepat terjadinya pengerusakan fasilitas
pelayanan masyarakat antara lain jalan, jembatan, saluran air, fasilitas
jaringan dan lain-lain.
e. Pembakaran sampah dapat menimbulkan
pencemaran udara dan bahaya kebakaran lebih luas.
f. Apabila musim hujan datang, sampah yeng
menumpuk dapat menyebabkan banjir dan mengakibatkan pencemaran pada sumber air
permukaan atau sumur dangkal.
g. Air banjir dapat mengakibatkan
kerusakan pada fasilitas masyarakat, seperti jalan, jembatan, dan saluran air.
3. Pengaruh terhadap sosial ekonomi dan
budaya masyarakat
a. Pengelolaan sampah yang kurang baik
mencerminkan keadaan sosial-budaya masyarakat setempat.
b. Keadaan lingkungan yang kurang baik dan
jorok, akan menurunkan minat dan hasrat orang lain (turis) untuk datang
berkunjung ke daerah tersebut.
c. Dapat menyebabkan terjadinya
perselisihan antara penduduk setempat dan pihak pengelola
d. Angka kesakitan meningkat dan
mengurangi hari kerja sehigga produktifitas masyarakat menurun.
e. Kegiatan perbaikan lingkungan yang rusak memerlukan
dana yang besar sehingga dana untuk sektor lain berkurang.
f. Penurunan pemasukan daerah (devisa)
akibat penurunan jumlah wisatawan yang diikuti dengan penurunan penghasilan
masyarakat setempat.
g. Penurunan mutu dan sumber daya alam
sehingga mutu produksi menurun dan tidak memiliki nilai ekonomis.
h. Penumpukan sampah di pinggir jalan menyebabkan
kemacetan lalu lintas yang dapat menghambat kegiatan transportasi barang dan
jasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar